1. Produsen dan Fungsi
produksi
Suatu fungsi
atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor
produksi yang digunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu,
tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga
produk disebut fungsi produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat
dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn)
Keterangan:
Y= tingkat produksi (output yang
dihasilkan)
X1,X2,X3,Xn = faktor produksi
(input) yang digunakan
Fungsi ini masih
bersifat umum, karena hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan
tergantung dari faktor-faktor produksi yang digunakan, tetapi belum bisa memberikan
penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor
produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi
produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuk yang lebihspesifik,seperti:
a.Y = a + bX (fungsi linier)
b.Y = a + bX – cX2 (fungsi kuadratis)
c. Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas)
b.Y = a + bX – cX2 (fungsi kuadratis)
c. Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas)
Hukum ini
menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedangkan input-input yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari
setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi
kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
2.
Produksi Optimal
Tingkat produksi optimal
atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang
dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ dapat dicapai
apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying
cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal
akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Selain itu metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Pada metode EPQ menggunakan beberapa asumsi yaitu:
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Selain itu metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Pada metode EPQ menggunakan beberapa asumsi yaitu:
1.
.Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang
lebih besar dari tingkat permintaan.
2. Selama
produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat
produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.
Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang
dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan
Volume Produksi yang Optimal dengan Metode Economic Production Quantity (EPQ):
Persediaan produk dalam suatu perusahaan
berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan
harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan menyesuaikan
besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Metode
EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam
artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Untuk
itu biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai
berikut:
a)
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi
jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up
cost).
b)
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya
persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
c)
Biaya yang timbul karena perusahaan memproduksi sendiri
bahan baku yang akan digunakan terdiri dari :
·
Biaya mesin-mesin menganggur,
·
Biaya persiapan tenaga kerja langsung,
·
Biaya scheduling,
·
Biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya
penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan diantaranya :
1.
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (seperti
penerangan, pemanas atau pendingin)
2.
Biaya modal (opportunity cost of capital)
3.
Biaya keusangan
4.
Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.
Biaya asuransi persediaan
6.
Biaya pajak persediaan
7.
Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.
Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Beberapa jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan
tingkat persediaan. Biaya persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat
persediaan. Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan.
Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat
persediaan semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar,
tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya.
3. Least Cost Combination
Least Cost
Combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan
biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Isoquant atau Isoproduct Curve adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara
berbagai kemungkinan kombinasi 2 input variable dengan tingkat output tertentu.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk
tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusikan masih lebih
besar dari nilai input yang menggantikan.
4. Macam – macam Ongkos
Ongkos adalah kurva yang
menunjukkan antara jumlah ongkos produksi dengan tingkat output yang dihasilkan
saling berhubungan. Sedangkan yang dimaksud dengan ongkos produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi
yang gunanya untuk memproduksi suatu output atau pengeluaran.
Macam-macam ongkos
diantaranya :
1) Total Fixed
Cost (Ongkos Total Tetap)
Adalah jumlah ongkos yang tetap dan yang tidak
dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contohnya adalah sewa, penyusutan dan
sebagainya.
2) Total
Variabel Cost (Ongkos Variabel Total)
Adalah jumlah ongkos yang dibayarkan yang
besarnya berubah menurut tingkah yang dihasilkan. Contohnya adalah tenaga
kerja, ongkos bahan mentah dan sebagainya.
3) Total Cost
(Ongkos Total)
Adalah penjumlahan antara ongkos total tetap
dengan ongkos variabel. Dengan persamaan:
TC = TFC + TVC
4) Average
Fixed Cost (Ongkos Tetap Rata-rata)
Adalah ongkos tetap yang dibebankan kepada setiap
unit output. Dengan persamaan:
AFN = TFC = Q = TINGKAT OUTPUT Q
5) Average
Fixed Cost (Ongkos Variabel Rata-rata)
Adalah ongkos variabel yang dibebankan untuk
setiap unit output. Dengan persamaan:
AVC = TVC Q
6) Average
Total Cost (Ongkos Total Rata-rata)
Adalah suatu ongkos produksi yang dibebankan
untuk setiap unit output. Dengan persamaan:
ATC = TC Q
7) Marginal
Cost (Ongkos Marginal)
Yaitu tambahan atau berkurangnya suatu ongkos
total karena bertambahnya ataupun berkurangnya suatu unit output. Dengan
persamaan:
MC = TC = TVC Q Q
Ongkos Produksi dapat dibedakan menjadi :
1) Ongkos
Produksi Jangka Pendek
Didalam suatu ongkos produksi
jangka pendek sebuah perusahaan sudah mempunyai peralatan-peralatan untuk
produksi seperti halnya mesin, gedung dan tanah. Masalah yang perlu
diperhatikan didalam ongkos jangka produksi pendek ini adalah bagaimana
mengatasi masalah kebijakan bahan baku, tenaga kerja dll merupakan ongkos
variabel. Jadi didalam ongkos produksi jangka pendek ini juga terdapat ongkos
tetap dan ongkos variabel.
2) Ongkos
Produksi Jangka Panjang
Didalam ongkos produksi jangka
panjang ini sebuah perusahaan dapat menambah semua faktor produksi, sehingga
tidak ada yang namanya ongkos tetap didalam ongkos produksi jangka panjang.
Semua pengeluaran didalam ongkos jangka panjang ini merupakan ongkos variabel.
5. Kurva Ongkos
Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara jumlah ongkos produksi dengan tingkat output yang
dihasilkan.
Gambar 2. Kurva Biaya Total
Gambar 4. Long Run Average Cost Curve
Gambar 5. Kemungkinan Kapasitas Produksi
6.
Penerimaan (Revenue)
Ongkos (cost)
dan penerimaan (revenue) adalah dua hal yang difokuskan dari seorang pengusaha
dalam rangka mendapatkan keuntungan. Penerimaan adalah jumlah uang yang
diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala
pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil
produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah
satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan, yaitu: TR = Q
x P
·
Jenis-jenis
Penerimaan
1. Total
penerimaan (Total revenue : TR), yaitu total penerimaan dari hasil penjualan. Pada
pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dari titik origin, karena
harga yang terjadi dipasar bagi mereka merupakan suatu yang datum (tidak bisa
dipengaruhi), maka penerimaan mereka naik sebanding (Proporsional) dengan
jumlah barang yang dijual. Pada pasar persaingan tidak sempurna, TR merupakan
garis melengkung dari titik origin, karena masing perusahaan dapat menentukan
sendiri harga barang yang dijualnya, dimana mula-mula TR naik sangat cepat,
(akibat pengaruh monopoli) kemudian pada
titik tertentu mulai menurun (akibat pengaruh persaingan dan substansi).
2. Penerimaan rata-rata (Avarage Total revenue:
AR), yaitu rata-rata penerimaan dari per kesatuan produk yang dijual atau yang
dihasilkan, yang diperoleh dengan jalan membagi hasil total penerimaan dengan
jumlah satuan barang yang dijual.
3. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue : MR),
yaitu penambahan penerimaan atas TR sebagai akibat penambahan satu unit output.
Dalam pasar
persaingan sempurna MR ini adalah konstan dan sama dengan harga (P), dan berimpit
dengan kurva AR atau kurva permintaan, bentuk kurvanya horizontal. Dalam pasar
persaingan tidak sempurna MR, menurun dari kiri atas kekanan bawah dan nilainya
dapat berupa:
1.
positif
2.
sama dengan nol
3.
negatif
7.
Keuntungan
maksimum
Keuntungan
maksimum adalah keuntungan penuh dari output yang telah di produksi sebelumnya.
- Pendekatan Total
Laba Total (p)
adalah perbedaan antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Laba terbesar
terjadi pada selisih posistif terbesar antara TR dengan TC. Pada selisih
negative antar TR dengan TC perusahaan mengalami kerugian, sedang jika TR = TC
perusahaan berada pada titik impas. Dalam menentukan keuntungan maksimum ada 2
cara sebagai berikut:
- Keuntungan maksimum dicari dengan mencari selisih antara keuntungan maksimum dengan ongkos minimum.
- Keuntungan maksimum terjadi pada saat MR = MC.
Hasil
Penjualan Total yaitu seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari
menjual barang yang diproduksikanyja dinamakan hasil penjualan. Telah
diterangkan bahwa dalam persaingan sempurna harga tidak akan berubah walau
bagaimanapun banyaknya jumlah barang yang dijual perusahaan. Ini menyebabkan
kurva penjualan total (TR) adalah berbentuk garis lurus yang bermula dari titik
O.
Mencari Keuntungan Dengan Pendekatan Total
Kurva TC berada
di atas kurva TR menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Produksi
mencapai diantara 2 sampai 9 unit kurva TC berada di bawah kurva TR,perusahaan
memperoleh keuntungan. Menentukan Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan penjualan
Total. Garis tegak di antara TC dan TR,garis tegak yang terpanjang produksi
adalah 7 unit,menggambarkan keuntungan yang paling maksimum.Produksi mencapai
10 unit atau lebih kurva TC telah beada di atas kurva TR kembali, perusahaan
mengalami kerugian kembali. Perpotongan di antara kurva TC dan kurva TR
dinamakan titik impas (break-even point) yang menggambarkan biaya total yang
dikeluarkan perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang
diterimanya. Perpotongan tersebut berlaku di dua titik,yaitu titik A dan titik
B.
2.
Pendekatan Marginal
Perusahaan
memaksimumkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya
marginal (MC). Biaya Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit
perubahan output. Penerimaan Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total
per unit output atau penjualan. Hasil Penjualan Marjinal yaittu mengenai hasil
penjualan yang sangat penting untuk diketahui dalam analisis penentuan harga dan
produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil penjualan marjinal (MR
yang merupakan singkatan dari perkataan Marjinal Revenue), yaitu tambahan hasil
penjualan yang diperoleh perusahaan dari
menjual satu unit lagi barang yang diproduksikannya.
|
Mencari Keuntungan Maksimum
Dengan Pendekatan Marginal
Dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan perusahaan), yaitu :
- Mendapat untung luar biasa (untung melebihi normal)
- Mendapat untung normal
- Mengalami kerugaian tetapi masih dapat membayar biaya berubah
- Dalam keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.
3. Pendekatan Rata-rata
Hasil Penjualan Rata-rata, untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
hasil penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan
adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi
perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil penjualan rata-rata
pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga barang yang dijual perusahaan
adalah Rp 6000, kurva d} = AR} = MR adalah kurva permintaan dan juga kurva
hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata,yaitu menggabungkan antara pasar persaingan sempurna dengan persaingan pasar tidak sempurna:
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata,yaitu menggabungkan antara pasar persaingan sempurna dengan persaingan pasar tidak sempurna:
Sumber: